Peduli dalam Pandemi


Dulu, memeluk erat ketika menjengah masih mudah. Kini, menulis sekadar bertanya khabar terlalu payah.

Seperti mana masjid dan musolla yang kosong, jalan kehidupan seakan menyimpang ke ruang lowong.

Berkali-kali menangis membayangkan, betapa sinar mata semakin menghilangkan.

Betapa banyak wajah indah yang tak selalu disyukuri. Hari ini, skrin dan kekunci manakan bisa menjadi pengganti.

Memang semua sedang berhindar di perumahan. Namun, tidak menyangka jiwa dan raga tidak lagi sehaluan.

Hanya kerana semua dituntut mencitra kesatuan, dan berharap wabah dan gundah terhapus ke depan.

Namun, sedarilah peritnya hidup bersendiri, meski ada keluarga di balik atap dan dinding mandiri.

Kerinduan terlalu perit untuk digambarkan, apakah masih terselit lagi harapan untuk dititipkan?

Jangan siapa pun ditinggalkan tergantung sepi. Kejauhan tidak mengubah hasrat akan orang lain di sisi.

Meski temu maya tidak seindah temu nyata, mengertilah kita harus jalaninya sesaat cuma.

Cukup sekadar secebis doa dan sepatah cerita, yang selalu menenangkan hati dan merawat ceria.

Tuhanmu Maha Pemurah lagi Maha Mencinta, zaman apa pun yang pengasih tetap setia mencinta.

Tuaran, 25-26 April 2020

Comments